Bagaimana jika menyadari bahwa akan kehilangan seseorang yang sangat berarti?
Yang telah lama membersamai,
yang telah sangat mengerti,
Meski mungkin ada yang mengganti,
namun tetap tak bisa terganti.

Meski mungkin lambat laun akan beradaptasi,
namun butuh waktu,
butuh keberanian,
butuh kemandirian, tuk hadapi.

Seperti mencabut sebatang pohon yang telah kokoh,
akan terasa berat dan menyakitkan,
akan meninggalkan bekas dan sisa akar,
yang dalam.

Namun waktu terus berjalan,
tak mungkin konstan.

Kenyataan harus dihadapi,
dengan lapang,
dengan jiwa besar.

Kehidupan telah digariskan.
Kita seperti kereta,
yang mengikuti rel.
Seperti air sungai,
yang mengikuti alurnya.
Lahir, menjadi balita, TK, SD, SMP, SMU, kuliah,
kerja, menikah, punya anak, cucu, menjadi tua,
meninggal…

Tlah diatur dengan sedemikian pas dan rapi olehNya,
dan kini tinggal melaluinya dengan bersandar pada aturanNya,
mengatur kecepatan kereta,
memilih jika ada percabangan,
kadang berhenti sejenak,
kadang me-repair jika ada yang tidak berfungsi,
mengangkut orang atau barang,
lalu menurunkannya jika tlah sampai tujuan,
berganti-ganti penumpang,
kepanasan,
kehujanan,
melihat pemandangan,
dan jika tlah sampai akhir perjalanan,
jika waktu tlah tiada tersisa,
maka akan teronggok,
meninggalkan beragam kenangan.
sobat

Nanas,
saat merangkai puzzle-puzzle dalam ruang hatiku.